Permainan Monopoli Birahi yang Bikin Ketagihan

Advertisement
Advertisement 300x250

Permainan Monopoli Birahi yang Bikin Ketagihan

Permainan Monopoli Birahi yang Bikin Ketagihan | Cerita Dewasa -Cuaca Jakarta sedang lucu-lucunya. Pagi cerah dan panasnya sudah kaya siang bolong, eh tiba-tiba jam 1 siang hujan deras kaya langit bocor. Jadwal hujan yang ga bisa ditebak gini yang bikin banyak warga Jakarta yang salah jadwal dan persiapan ngadepinnya.
Nasib yang sama menimpa Vani, jagoan indehoi kita yang sexy dan mesum habis ini. Suatu pagi di bulan Januari, setelah 2 minggu UAS yang menegangkan dan melelahkan semua sel otot dan otak para mahasiswa kampus S, Vani teringat dia masih menyimpan beberapa novel yang dipinjamnya dari Sasha. Ga ada kuliah dan ga ada paper yang perlu disubmit lagi, ni cewek mikir ga ada salahnya nyambangin Sasha di kosnya yang berjarak cuma sekali ngangkot dan ngojek jarak menengah.

 

Dengan pakaian casual, t-shirt putih semi body fit, celana pendek jeans selutut yang agak belel dan sneakers converse, berangkatlah Vani di pagi yang cerah itu ke kos Sasha sambil menenteng tas plastik berisi 3 novel pinjemannya. Cuaca bersahabat, bikin mood Vani juga cerah. Bahkan kelakuan iseng kondektur metromini yang belagak bantu naek si sexy ke bis dengan mendorong pantatnya, tapi sebenarnya cari kesempatan grepe-grepe, tidak merusak mood Vani.

Tapi 45 menit kemudian (ngetem metromininya 15 menit sendiri), ketika Vani hampir sampai di depan jalan utama kos Sasha, cuaca Jakarta tiba-tiba galau. Mendadak gelap, awan mendung sudah berarak dengan semaraknya di langit Jakarta. Benar saja, 100 meter sebelum turun hujan turun dengan derasnya. “Aseemmm… Kok mendadak ujan sih? Mana gue ga bawa payung” runtuk Vani dalam hati. Vani lebih kesel lagi ketika turun ga ada satupun ojek motor ataupun ojek payung yang mangkal di ujung jalan itu. Pada kabur kali para ojek motornya karena hujan.

Berlari-lari kecil menembus hujan, Vani masuk ke jalan Jambu Air (nama jalan disamarkan demi privacy si tukang ojek). Sekitar 50 meteran dari jalan raya baru deh ketemu sama 2 tukang ojek yang neduh di pos satpam. Sambil tetap menggunakan novel Sasha yang dalam kantong plastik sebagai pelindung kepala, Vani nyamperin pos satpam itu dan memanggil si tukang ojek “Bang, anterin ke dua belas dong” pinta Vani. Tapi, Vani heran, karena kedua tukang ojek itu ga langsung bereaksi atau sekadar menjawab. Malah agak melongo memandangi Vani.

Tiba-tiba Vani seperti tersadar. Karena kehujanan, t-shirt Vani menjeplak lengket dengan tubuhnya. Terutama di bagian dada yang memang dasarnya membusung mancung. Siluet bundar payudara dan bra yang melingkupinya tampak jelas akibat t-shirt-nya basah kuyup. Reflek Vani langsung menutupi dadanya dengan kantong plastik novelnya. “Eh Bang, mau ngojek ato bengong ajaaa?!” tanya Vani agak menjerit. “Eh..oh.. eh iya neng. Mau dianter kemana?” gelagepan si abang ojek yang giginya tonggos menjawab sambil menghampiri dan mulai menstarter motor bebeknya. Sedang abang yang setengah botak pura-pura ngelapin helm, nutupin malu ke-gap ngliatin dada si Vani.
Dengan terrpaksa memake helm bau keringat punya si tukang ojek agar kepada tidak lebih basah lagi, mahkluk sexy ini menghenyakkan pantat sekalnya di jok motor abang ojek, dan merekapun meluncur membelah hujan menuju jl. Jambu Air XII. Tukang ojek sudah setengah berharap orang yang dicari penumpangnya tidak ada di kos-nya, agar dia punya kesempatan ngantar balik si cewek ini. Tapi memang nasib tidak berpihak kepada si tukang ojek karena Sasha sudah nungguin Vani di pintu gedung kos-kosan tersebut. Belum lagi si Vani cuma bayar 2000. “Lho biasanya goceng neng” melas tukang ojek. “Eh, 3rebunya biaya lo melototin toked gw dan ngerem-ngerem melulu pas di jalan” saut Vani judes, ditingkahi cekikikan Sasha. Abang tukang ojek hampir tidak tahan untuk tanya “Kalo ngeliatin 3rebu, megang-megang berapa Neng”. Tapi ditahannya karena agak jiper sama kejudesan Vani. Dia cuma bilang “Kalo butuh jemputan, SMS aja abang ya neng. Neng Sasha tau kok nomor HP abang” sambil tersenyum semanis mungkin. “Iyee bang” sahut Vani dan Sasha serempak sambil menutup pintu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~
“Genit amat tu tukang ojek” gerutu Vani sambil mendekap tubuhnya, menggigil kedinginan mengiringi langkah Sasha menuju kamarnya di lantai 3. “Udeh, ga usah bawel dah lo. Ayo cepet ke kamar gue, biar bisa ganti baju lo” sahut Sasha sabar sambil menarik tangan Vani agar bergerak lebih cepat. Kos Sasha adalah gedung persegi empat berwarna beige dengan aksen terakota di jendela-jendela yang menghadap keluar, memanjang kebelakang setinggi 4 tingkat yang khusus dibangun untuk jadi kos-kosan 3 tahun yang lalu. Terdapat hampir 80 kamar dan lebih dari 90% selalu terisi, karena memang lokasinya dekat dengan beberapa kampus dan komplek perkantoran. Layout dalamnya khas kos-kosan: dua deret kamar yang berhadapan, dibelah oleh taman selebar 1 meter yang memanjang di lantai dasar dan void sampai kelangit-langit gedung. Tapi void-nya tidak begitu lebar, karena pemilik gedung lebih memilih untuk membuat jalan di depan kamar cukup lega. Satu hal yang dirutuki Vani dan Sasha dari kos ini adalah tidak adanya lift. Cukup gempor juga naik ke lantai tiga. Maka itu, makin ke atas tarif bulanannya makin murah.

Sesampainya di kamar Sasha, Vani buru-buru masuk ke kamar mandinya karena sudah kebelet pipis. Kamar Sasha berukuran 4×5 meter. Kamar mandi dipojok kanan, berisi shower dan toilet duduk. Tempat tidur springbed ukuran 120cm x 200 cm mepet ke dinding kanan. Isi kamarnya standar anak koslah: lemari pakaian 2 pintu, TV, rak buku dan peralatan makan dan satu meja kecil. Sasha mengetok kamar mandi untuk mengasikan 2 potong t-shirt, celana pendek dan bra ke Vani. “Pilih aja mana yang lo suka hottie” kata Sasha kepada Vani yang melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi. “Gw minta shampo ama sabun lo ya Sha” kata Vani sambil menerima pakaian tersebut. “Pake aja. Tapi jangan abisin” sahut Sasha. “Gue minum kale shampo lu” balas Vani sambil menutup pintu.

Rasa sebel Vani karena kehujanan barusan sudah hampir luruh semuanya diguyur air dari shower. Rasanya nyaman sekali ketika mengeringkan tubuh dengan handuk kering yang tebal milih Sasha. Karena celana dalamnya tidak basah, Vani memutuskan memakainya kembali. Tapi dia agak kebingungan ketika memilih bra punya Sasha. Bukan karena modelnya yang kinky atau warnanya ga cocok. Sasha lupa kalo toked Vani satu cup lebih besar dari miliknya. Jelas saja susu Vani ter”penyet” ketika memaksa memakai bra Sasha yang ber-cup B. Merasa sesak nafas, Vani memutuskan tidak memakai bra saja, dan langsung memakai t-shirt gombrang berwarna maroon dengan tulisan “Talk Nerdy to Me”. Selesai memakai celana pendek berbahan kaos milik Sasha, Vani mematut sebentar di cermin. T-shirt gombrangnya hampir menutupi celana pendek yang memang… pendek, menunjukkan sebagian besar paha putih Vani.

Ketika akan membuka pintu kamar mandi, Vani baru sadar bahwa di luar Sasha sedang mengobrol dengan orang lain karena sedari tadi suara-suara di luar tidak terdengar, tertutup suara hujan yang menggemuruh. Vani sempat berpikir untuk tidak keluar dulu sampai tamu2 Sasha itu pergi karena tau kan.. dia ga pake bra. Rasanya gimana gitu. Tapi, akhirnya “Sebodo ah.. ga kliatan ini” pikir Vani sambil membuka pintu kamar mandi. Obrolan Sasha dan tamunya kontan terhenti ketika sesosok cewek berambut bob berwarna brunette muncul dari balik pintu kamar mandi. “Eh, lo ada tamu Sha?” tanya cowok berambut jabrik sambil tersenyum lebar melihat ada mahkluk bening lagi di kamar tersebut. “Eh, kenalin ni temen satu kampus gue, Vani” ujar Sasha sambil menarik Vani untuk mendekat. Si rambut jabrik bertubuh tinggi langsing dengan wajah agak tirus ternyata bernama Randy, dan temannya satu lagi yang berambut cepak dan berbadan agak gempal (ga gemuk ya, gempal) minta dipanggil Momo. “Weh pas banget nih sekarang kita berempat. Sudah bisa langsung dimulai” kata si Randy agak keliwat ceria. “Eh, maen apaan nih?” tanya Vani pengen tau. “Hihihihi.. lucu deh Van game-nya. Gue baru diceritain dikit barusan ama Randy. Tapi kliatannya seru banget. Lo pasti demen deh” sahut Sasha sambil cekikikan mencurigakan. Vani jadi penasaran.

“Eh bentar. Masih kurang satu orangnya. Butuh bankir-nya neh kita” kata Randy tiba-tiba sambil beranjak keluar kamar. Ga sampe semenit Randy sudah balik sambil menarik masuk cowok imut berkaca mata. “Elu yang jadi bankir-nya Dan?” tanya Sasha begitu melihat anak cowok yang baru masuk. “Wah, bankir apaa nih mbak? Saya juga ga ngerti. Tiba-tiba ditarik mas Randy” jawab polos anak cowok yang dipanggil Dan itu sambil melirik-lirik ke arah Vani dengan pandangan ingin tau. “Udah, lo dengerin dulu aja. Pasti lo demen nantinya” tukas Randy penuh misteri. Vani semakin penasaran dengan game ini.

Setelah mereka duduk melingkar berempat, dan cowok imut berkacamata yang ternyata bernama Danan duduk di luar lingkaran, Randy pun mulai menjelaskan apa sebenarnya game yang hendak mereka mainkan. Tapi pertama-tama, Randy membuka sebuah kotak karton persegi panjang berukuran sekitar 50x25cm dan mengeluarkan karton tebal terlipat 2 yang seperti papan. “Alaa.. ternyata cuma mo maen monopoli” sahut Vani agak sebel. “Eitt… tunggu dulu Van. Ini bukan sekedar monopoli. Ini monopoli khusus dewasa. Namanya sexopoly” jawab Randy tangkas sambil tetap menyengir mencurigakan. “Hah? Sexopoly?” Vani membeo. “Yoiii.. sexopoly. Sex Monopoly” cengiran Randy semakin lebar, dibarengi oleh cengiran mesum Momo dan Sasha. Duduk Danan jadi agak gelisah begitu mendengar kata “sex”. Vani langsung merasakan firasat buruk.

“Jadi pada dasarnya aturan maennya hampir sama sama monopoli biasa. Kita giliran jalan pake dadu 2 biji. Kalo udah sekali muter, mulai boleh beli properti. Dapet modalnya seorang ceban yak” jelas Randy panjang lebar. “Lah, apa bedanya sama monopoli biasa” bawel Vani. “Sabar napa Van. Biarin si Randy slese jelasin” tukas Sasha ga sabar. Vani langsung cemberut sambil agak memonyongkan bibirnya. Bikin Momo jadi gemes dan pengen ngelumat tu bibir yang penuh dan sensual itu. “Ok, bedanya disini nih. Pertama, setiap sekali muter, ga dapat uang dari bankir” Danan agak mengernyit mendengan “jabatannya” disebut. “Lalu, kalo lo masuk kotak Chance dan Community (kalo di versi indo “Kesempatan” dan “Dana Umum”), lo juga sama ngambil satu kartu Chance ato Community. Nah, bedanya tu diisi kartu-kartu ini” pungkas Randy puas. “Isi kartunya tuh perintah-perintah yang kudu dilakuin si pengambil kartu. Kalo isinya lo disuruh joget 5 menit, ya lo wajib joget 5 menit. Kalo isinya lo disuruh french kiss, ya lo wajib juga french kiss hehe” tambah Randy, diiringi cekikikan Sasha dan Momo.

“Aahhh… kaco neh maenan lo pada” rajuk Vani agak panik. “Tenang Van, perintah-perintahnya cocok kok buat kita-kita yang udah “de.wa.sa” kata Momo sambil menekankan pada kata “dewasa”. “Lo-lo pasti demen” kata Randy sambil mengedipkan mata. “Iihhh… jangan samain gue sama lo-lo pada ya” balas Vani agak sebel sekaligus tersipu, sambil berusaha mencubit paha Randy yang duduk di sebelahnya. Randy tidak berusaha menghindar cubitan main-main Vani, malah langsung menambahkan “Kalo jadi maen, lo semua wajib nyetorin HP ama dompet lo pada ke bankir. Kalo ada yang coba-coba melanggar alias tidak mematuhi perintah di game, bankir berhak menyita permanen harta benda lo itu” tambah Randy. Danan langsung jumawa begitu mendengar aturan tersebut sambil tangannya disorongkan ke Sasha dan Vani menagih HP dan dompet mereka.

“Eh, entar dulu. Gue mo liat isi kartunya” kata Vani sambil nyingkirin tangan Danan dari hadapannya. Sambil mengambil 3 kartu dari tumpukan Chance dan Community Vani menambahkan “Jangan-jangan ada kartu buatan lo yang isinya “Berhak dan bebas melakukan apapun juga kepada peserta lain”. Gawat dong. Enak di elu, ga enak di gue” tambah Vani galak sambil mulai membaca ketiga kartu tersebut. Ketiga peserta lainnya hanya cengar-cengir mendengar keberatan Vani. “Sumpah Van, ga ada kartu isinya kaya gitu” jawab Momo. “Kalo bener ada, ga berlaku deh” tambah Randy berusaha meyakinkan Vani. Tapi Vani tetap membaca kartu pertama. Kartu pertama isinya “Nuzzle and kiss your partner neck. Nibble his/her ear lobes and whisper “Let’s fuck”. Gue artiin ya “Ciumin leher partnermu. Lalu gigit-gigit kecil kupingnya dan bisikkan “Ngentot yuk”. (Okay terjemahan gue memang agak vulgar. Tapi buat kebahagiaan kita bersama, mulai sekarang semua kartu yang aslinya bahasa inggris itu, gue langsung terjemahin ke dalam bahasa mesum Ethan. Gue harap semua semproters setuju .). Pipi Vani agak bersemu merah, malu-malu birahi, tapi tetap melanjutkan membaca kartu yang kedua. Isinya “Ajak partner lo untuk ngentot dengan kata-kata paling mesum yang lo punya. Minimal 2 kalimat”. Kartu yang ketiga berbunyi “Tatap mata partner lo penuh perasaan, sambil lo membelai-belai dan meremas-remas tubuhmu dan mendesah-desah selama 2 menit”. Vani tidak sadar menahan senyum sambil menggigit bibir bawahnya dan meletakkan ketiga kartu di tumpukannya kembali.

“Terus, gimana caranya nentuin sapa partnernya? Kan kita berempat” Vani mengemukakan persetujuannya untuk join game Sexopoly dengan pertanyaan tersebut. “Gampang dong, partner lo ya yang duduk pas disebelah lo. Gantian sama sisi satunya setiap kali ngambil kartu lagi” jelas Randy puas karena cewek bahenol ini akhirnya setuju ikut maen. “Pantes aja tadi ngatur duduknya selang-seling cowo cewe” batin Vani agak sebel begitu sadar mereka sudah bersiap-siap untuk hal tersebut. “Kalo lo setuju, serahin HP dan dompet lo ke Danan” tambah Randy. “Untung aja yang diambil pas yang aman2 kartunya” kata Randy & Momo dalam hati lega. “Ya udah, gue ikutan. Kasian Sasha sendirian” balas Vani masih pura-pura jual mahal sambil nyerahin BB dan dompetnya ke Danan.

“Tugas gue cuma nyimpenin HP dan dompet doang nih” tanya Danan sambil memasukkan keempat HP dan dompet para peserta ke kantong plastik. “Ga lah. Lo juga yang bantu mastiin kalo ada peserta yang ga bersedia ngelakuin tugasnya” jawab Randy. “Plus, lo yang nentuin bayaran kalo ada yang masuk properti orang laen” tambah Momo. “Ambil kartunya sesuai warna areanya ya. Kalo area properti biru, ya lo ambil dari yang kartu biru” lanjut Momo. Danan manggut-manggut sambil membuka-buka beberapa kartu yang terdiri atas 4 kelompok warna tersebut. Biru, Kuning, Hijau dan Merah. “Eh, bayarannya bukannya pake duit monopoli-nya” tanya Sasha. “Ga lah. Kan di sexopoly lo ga dapat uang dari bank setiap kali muter” jelas Randy. “Uang cuma buat beli property” kata Randy lagi. “Lah terus kaya apaan bayarannya” selidik Vani mulai was was lagi. “Amanlah. Hampir selevel sama kartu chance dan community” jawab Randy berusaha menenangkan. Tapi, demi melihat wajah Danan yang bersemu merah ketika membaca beberapa kartu “RENT”, Vani dan Sasha tidak begitu yakin. Namun, mau bagaimana lagi. HP dan dompet mereka sudah ditangan Danan. Momo menutup penjelasan “rule of the game” dengan mengatakan “Tapi kalo gue masuk ke properti Randy ato Vani masuk ke properti Sasha, tidak perlu bayar sewa”. Sasha dan Vani baru saja hendak mengungkapkan pertanyaan dan keberatan, tapi buru-buru Momo mengangkat tangannya sambil berkata “Lo bedua bakal ngerti juga nantinya”. Dan begitulah, mereka menerima begitu saja peraturan yang agak GeJe tersebut.

“Permainan dimulaiiii” kata sang bankir sambil melempar kedua dadu ke papan sexopoly. “Gue duluaann” jerit Sasha cepat merebut dadu dan melemparkannya lagi ke tengah papan. “4 – 1, 5 langkah. Tu, wa, ga, pat, ma.. Hore, gue beli PLN-nya” kata Sasha girang. “Woe.. enak aja lo. Muter sekali baru boleh beli abis itu” tukas Vani sewot. “He-he.. sorry. Terlalu semangat” jawab Sasha tersipu-sipu. Searah jarum jam, setelah Sasha adalah giliran Randy. Diikuti oleh Vani, dan kemudian tentu saja Momo. Kelihatan banget kalo kedua cowok tersebut berusaha bisa masuk kotak Chance atau Community. Tapi ternyata Sasha yang malah pertama kali berkesempatan mengambil kartu Community. Deg-degan Sasha mengambil kartu pertamanya. Begitu membacanya, rona wajah Sasha yang putih agak merona. “Uhh.. bingung nih caranya” rajuk Sasha sambil meminta bantuan Vani. “Apaan sih yang lo dapat” tanya Vani penasaran. “Oooo… lo dapat yang rayuan mesum ini hihihi” kata Vani ketika membaca kartu Sasha. Itu kartu yang Vani buka di awal permainan yang isinya “Ajak partner lo untuk ngentot dengan kata-kata paling mesum yang lo punya. Minimal 2 kalimat”. “Ayo Sha.. lo rayu si Randy hahaha” timpal Momo penuh semangat. “Bilang apaan dong” Sasha malah tambah panik. “Udahh.. pake aja kata-kata lo pas horny ngajak si Revo ML” tambah Vani lagi sambil nyengir puas. “Aaaa.. Vaniii.. Lo jangan ikut-ikutan gangguin dong” rajuk Sasha manja, yang bikin Randy makin tambah gelisah bahagia. “Ok..ok.. diem dulu lo semua” kata Sasha akhirnya sambil mengangkat kedua tangannya, mencegah olok-olok Vani dan Momo semakin brutal. “Gue mulai ya” lanjut Sasha. “Rand..” kata Sasha. “Eh.. liatin Randy-nya dong. Masa ngajak ML nunduk gitu” sepet Vani cepat. “Iya. Iya.. Bawel amat sih” jawab Sasha sambil memonyongkan bibirnya. Serempak tawa keempat orang lainnya terdengar. Setelah mereka tenang, Sasha baru mau melakukan “tugas”nya itu.

“Rand..” kata Sasha lirih sambil menatap Randy sendu. Ruangan kamar Sasha langsung hening. Momo, Randy dan Danan tegang mengantisipasi kata-kata yang akan keluar dari bibir Sasha. “Udah seminggu gue ga disentuh cowo. Gue ga tahan lagi. Fuck me please..” desah Sasha. Selama sepersekian detik Randy terpana menatap nanar cewe cantik yang menatapnya dengan pandangan mengundang. Sampe-sampe Randy terpaksa menelan ludahnya. “Wakakakakakak…” tawa Sasha tiba-tiba meledak. “Denger gitu doang udah mupeng lo yaa…” goda Sasha nakal. Vani juga terkikik-kikik melihat Randy yang agak salah tingkah karena sempat kebawa omongan Sasha. “Agh.. Nggak kok, gue nggak kepengaruh sama omongan Sasha” Randy masih berusaha ngeles walo tidak meyakinkan. “Udah ah, giliran gue sekarang” kata Randy cepat-cepat sambil ngelempar dadu ke papan permainan agar anak-anak berenti cekikikan dan menggodanya. Permainan pun berlanjut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Vani dan Sasha tidak begitu perhatian bahwa Randy dan Momo mati-matian berusaha membeli semua blok properti di area merah, alias area yang terletak di jalur terakhir sebelum masuk kotak start lagi. Padahal area merah adalah area dengan harga paling mahal. Kedua cewek ini malah sudah mulai beli-beli properti di kotak-kotak awal setelah putaran pertama (area biru) karena harganya paling murah (maklum cewe. Ga bisa liat barang murah atau diskonan).

“Yak bayarr..” teriak Vani happy, ketika langkah terakhir bidak Momo jatuh di properti Vani di area biru. “Ayo bankir, tarik kartunya” perinta Sasha yang juga ikutan semangat. Agak gugup si bankir Danan mengambil tumpukan kartu “RENT” warna biru dan mengambil kartu dari posisi paling atas. “Puji dan rayulah pemilik properti segombal mungkin dengan minimal 10 kalimat” Danan membaca tulisan yang tertera di kartu tersebut. “Yahh… gitu doang?” kata Vani. Momo hanya cengar-cengir saja. Rayuan Momo bahkan tidak layak untuk ditulis disini karena parah banget jayusnya. Giliran berikutnya adalah Sasha yang dengan semangat melempar dadu. 9 langkah. Dan dengan sukses Sasha mendarat di kotak Chance. Agak deg-degan Sasha menarik satu kartu dari tumpukan kartu chance dan mulai membacanya.

“Ahhh… kok gue sih yang kena” rengek Sasha sambil melempar kartu tersebut ke tengah-tengah papan game. Dengan cepat Momo memungut dan membacanya. “Frech kiss yang hot dengan partnermu selama 30 detik” baca Momo keras-keras. Cengiran lebar menghiasi wajahnya. Tiba-tiba Danan yang biasanya ga banyak omong berkata dengan agak bergetar “Kalo bankir menganggap kurang hot, hukuman wajib diulang”. “Ahh.. lo kok mihak Momo, Dan” runtuk Sasha sambil mendelik ke Danan. Danan langsung bersembunyi di punggung Vani sambil berkata gugup “Em.. emang gitu aturannya mbak”. Momo yang sudah tidak sabar langsung menarik tangan Sasha mendekatinya “Ayo buruan Sha. Harus komit lo” kata Momo penuh aura mesum. “Iya.. iya.. ga usah narek-narek napa” Sasha belagak galak. “Eh, hands off!” teriak Danan tiba-tiba sambil memunculkan kepalanya dari balik punggung Vani ketika melihat tangan Momo berusaha memegang leher Sasha. “Ih, berisik amat lo bankir” si Momo yang sekarang sebel, tapi tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dari bibir Sasha yang berkilau ranum.

Momo langsung menyergap bibir Sasha yang baru saja memajukan sedikit kepalanya ke arah Momo. Agak gelagepan karena serangan mendadak ini, Sasha buru-buru balas melumat bibir bawah Momo. Lidah mereka berdua bertaut dan saling berpilin dalam lumatan ciuman yang basah. “mmmm.. mhhhh…ssmmmhhh…” desahan mereka berdua diiringi oleh kecipak basah ludah yang saling bertukaran terdengar jelas karena ketiga pasang mata lainnya hening memandang adegan ciuman tersebut tanpa berkedip. “Ahh.. jago juga ni anak cipokannya” batin Sasha tanpa sadar memuji ciuman ganas Momo. “Aduh.. basah deh.. Sebeelll..” jerit hati Sasha lagi.

“STOP!” teriakan Danan yang tiba-tiba mengagetkan insan-insan muda ini dari aktivitas dan fantasi mesumnya masing-masing. “Udah pas 30 detik nih” kata Danan pelan berusaha mohon maaf atas pandangan tidak terima dari Randy dan Momo, termasuk Sasha dan Vani juga. Sasha masih agak gelisah dan tertunduk dengan pipinya agak bersemu merah ketika Randy (yang sangat tidak terima karena Momo yang dapat aktivitas mengaksyikkan lebih dahulu) memulai putarannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~
Sampai beberapa putaran kemudian, kartu-kartu yang muncul meliputi: Vani yang harus menari erotis selama 30 detik (menyebabkan Momo melongo dan Danan air liurnya menetes tanpa sadar), Momo yang harus melepas kaosnya (diiringi protes tidak niat dari Vani dan Sasha yang merasa tertipu karena ga ada omongan bahwa ada kartu-kartu yang hukumannya lepas baju. Randy berkelit dengan berkata bahwa dia juga tidak hapal keseluruhan isi kartu. Tapi Randy tidak mengatakan kepada kedua cewek tersebut bahwa masih ada 4 kartu lainnya yang senada), lalu keberuntungan dewa mesum yang kembali berpihak ke Randy karena mendapat “hukuman” untuk menciumi leher dan telinga Vani (yang dinikmati Vani tapi mati-matian tidak diakuinya. Padahal semua orang jelas-jelas melihat Vani memejamkan mata dan mendesah pelan walo sekejap ketika lidah Randy menjilatinya kupingnya). Momo mau membayar berapa saja untuk bertukar posisi dengan Randy untuk “menjilati” leher Vani, karena jujur aja, sejak Vani keluar dari kamar mandi tadi, Momo udah nafsu habis sama ni cewek.

Akan tetapi, dewa mesum menjawab juga doa Momo ketika bidak Vani mendarat di properti Momo di area Merah. Dan karena inilah, Vani dan Sasha baru sadar mengapa area merah harganya paling mahal. “Ayo cepat ambil kartunya” desak Momo tidak sabar kepada Danan. Buru-buru Danan mengambil kartu “RENT” merah dan membacanya “Pemilik properti berhak memegang, membelai dan meremas dada ATAU pantat penyewa properti selama 1 menit”. Tangan Danan sampai agak gemetaran demi membaca hal tersebut. Dia tidak percaya keberuntungan Momo. Protes Vani langsung meledak “Ahhhh… apaan tuh bayarannya” protes si Vani sambil merebut kartu dari Danan dan membacanya sendiri. Pipi Vani langsung bersemu merah. Vani membuang kartu tersebut dan melindungi dadanya dengan kedua tangannya “Ga mau ah gue” ujar Vani sambil cemberut memandang Momo yang senyum mesumnya melebar. “Ayo Van, kan elo udah setuju sama aturan maennya” rayu Momo sambil berusaha lembut menyingkirkan tangan Vani dari dadanya. Vani tetap bersikukuh melindungi dadanya sampai Danan berkata “Kalo gitu BB dan uang Mbak Vani, Danan sita”. “Yahh.. kok elu gitu Dan” melas Vani. Sasha ikut menimpali “Yee tadi aja lo dukung Randy nyipokin gue. Giliran elu, ga mau” balas si Sasha nakal. “Ran, Dan, pegangin aja tangan si Vani” tambah Sasha yang langsung disanggupin oleh Randy dan Danan penuh semangat.

“Udah.. udah.. ga usah dipegangin. Kaya gue maling aja” kata Vani akhirnya menyerah. “Buka kaos lo kalo gitu dong Van” perintah Momo penuh kemenangan. “Eh, ga ada perintahnya untuk buka baju wek” balas Vani sambil memeletkan lidahnya. “Mbak Vani bener Mas Mo” bela Danan yang dibalas dengan lirikan mematikan Momo. “Ya uda, busungin dada lo kalo gitu Van” ujar Momo penuh pengertian. “Napa lo ga milih pantat aja Mo” Vani masih mencoba menawar. “Ga. Gue maunya toket lo. Titik!” tegas Momo berwibawa. Akhirnya, Vani pun pasrah pada nasibnya dan sedikit membusungkan dadanya ke arah Momo. Detik itu juga Momo melihat satu keanehan dari dada Vani. “Eh, kok kayaknya ada yang salah sama toked ni cewek” batin Momo bertanya-tanya sambil menjulurkan kedua tangannya menggapai dada Vani. Jantung Vani berdetak dua kali lebih cepat demi menghadapi sentuhan cowok asing di salah bagian tubuhnya yang sangat privat. Rasanya tidak karuan menunggu detik-detik kedua tangan Momo merengkuh kedua bongkah susunya. “Aduhh.. gue kan ga pake BeHa. Pasti Momo langsung sadar kalo gue ga pake begitu toket gue dipegang” batin Vani panik, dadanya berdebar kencang mengantisipasi kedatangan jemari Momo. Dan benar saja, begitu telapak tangan Momo menyentuh gunungan dada Vani, Momo langsung menyadari apa yang tadi menarik perhatiannya.

“Eh, lo ga pake BeHa Van?” kata Momo berbinar-binar sambil mulai meremas-remas gundukan daging kenyal tersebut. “Uh-uh..” cuma itu suara yang keluar dari bibir sensual Vani. “Yang bener Mom?” tanya Randy tercekat tidak percaya. “Nih” kata Momo sambil kedua pasang jemari tangannya membentuk hurup C besar memegang toket Vani di pangkalnya dan menarik kain kaos mengencang. Sehingga toket Vani menjeplak jelas di kaosnya menunjukkan kedua putingnya yang tanpa pelindung. Mata Randy dan Danan nyaris meloncat keluar melihat siliuet keindahan toket bulat besar dengan puting menjeplak jelas. “Ahhh… apaan sih.. Buruan deh” rengek Vani tengsin ketahuan tidak pake beha. Momo tentu saja tidak menyia-nyiakan sedetik pun lagi untuk menikmati kelembutan dan kekenyalan toket cewek bahenol ini karena waktu terus berputar. Momo juga baru sadar kalo toket Vani sangat besar, karena dari tadi terkubur dibalik tshirt gombrangnya. “Buset Van, besar amat toket lo. Bener-bener toge neh” puji Momo sambil menelan ludah berkali-kali. Jemari Momo dengan buasnya berputar-putar dan meremas-remas penuh nafsu gundukan daging Vani tersebut. Diselingi dengan pijitan dan pilinan di kedua putingnya. “Auuh… jangan keras-keras Mo” kata Vani pelan setengah mengerang. Tapi suara erangan Vani malah semakin memicu nafsu birahi Momo dan akibatnya serangan jemari Momo semakin brutal. Vani sampai harus menahan tubuhnya dengan kedua tangannya.

Vani menggigit bibirnya agar erangan dan desahannya tidak sampai keluar. Remasan kasar di sekujur toked dan putingnya memberikan rangsangan yang menyenangkan bagi tubuhnya. Tapi sesekali erangan dan desahan tanpa terkendali keluar dari sela-sela bibirnya yang penuh. “Aduhh.. sialan banget nih toket. Kok jadi keenakan gue diremas-remas gini” rutuk batin Vani yang berperang antara gengsi dan kenikmatan birahi. Vani semakin blingsatan menahan konaknya karena jemari Momo tidak hanya meremas-remas bongkahan susunya, tapi juga dengan ahlinya memilin-milin puting susunya. “Sshhh… Mom… kan cuma remes-remes aturannya… ohh..” desis Vani tidak berdaya.

Kontol Randy dan Danan makin ngaceng melihat adegan tersebut. Sampai Vani tiba-tiba berkata “Ehhh.. udah berapa menit nih Dan”. Kaget, buru-buru Danan melihat stopwatch di HP-nya. “Eh, oh.. udah.. udah abis waktunya” kata danan panik. Vani buru-buru mendorong Momo menjauh. “Udahan tau.. Kesenengan lo ya” maki Vani sambil memonyongkan bibirnya. “Pasti lebihnya banyak tuh” selidik Vani tajam ke Danan. “Ng… nggak kok… cuma beberapa detik” gagap Danan sambil cepat-cepat mereset waktu di stopwatch-nya yang sebelumnya menunjukkan 1 menit 43 detik.

Aura birahi di kamar Sasha menjadi semakin kental setelah adegan Momo vs Vani barusan. Ditambah lagi Sasha dengan erotisnya membelai paha Vani sambil berkata “Lo pasti sekarang horny kan Hottie”. “Enak aja!” tukas Vani pendek berusaha keliatan tidak terpengaruh oleh remasan-remasan Momo. Tapi semua bisa melihat bahwa Vani bohong, karena sekarang dengan jelas putingnya terlihat mengacung dari balik kaosnya. Sasha hanya tersenyum nakal melihat toket Vani yang lebih jujur menunjukkan apa yang sedang terjadi di dalam tubuh Vani. “Ayo ah, lanjut lagi” Vani berusaha mengalihkan perhatian mereka dari dirinya. Setelah gerakan-gerakan gelisah Randy, Momo dan Danan untuk diam-diam memperbaiki posisi penis masing-masing yang menggeliat membesar butuh ruang yang lebih lapang, permainan berlanjut lagi.

Setiap dadu dilempar, keempat pesertanya menahan nafas dan deg-degan. Randy dan Momo deg-degan karena mereka sadar tumpukan kartu semakin tipis dan mereka sudah menguasai hampir semua properti di area merah dan hijau, yang menandakan hukuman-hukuman yang lebih “menyenangkan” semakin besar kemungkinan keluarnya. Terutama mereka berharap agar kedua cewek tersebut masuk ke properti mereka karena “bayarannya” yang lebih menggiurkan. Sedangkan Vani dan Sasha harap-harap cemas “hukuman” macam apa yang akan keluar lagi. Cemas kalau seintim acara remas-meremas lagi, bisa-bisa jebol pertahanan mereka dan malah minta nambah. Gengsi dong. Apalagi Vani, karena sejak toket-nya mendapat serangan “brutal” dari Momo, bibir bawahnya mulai berkedut-kedut gatal minta disentuh juga. Kedua cewek tersebut setengah berharap bahwa seiring lamanya permainan, level horny mereka bisa turun. Tapi, harapan tinggal harapan, karena begitu tiba giliran Sasha, bidaknya dengan sukses masuk ke kotak Chance!

“Aaaaa… kok gue kena chance lagi..” rengek Sasha. Walaupun begitu Sasha tetap mengambil satu kartu Chance dan membacanya. “Tuuhh kan.. kena lagi gue” rengekan Sasha berlanjut sambil menunjukkan kartunya ke Vani. “Lepaskan bajumu. Tapi, bila sebelumnya sudah lepas baju, maka lepaskan bawahanmu” baca Vani. Langsung sorak-sorak team cowok untuk menyemangati Sasha terdengar “Buka bajunya.. Buka bajunya.. Buka baju..”. “Ya.. ya.. gue buka.. gue buka” potong Sasha merajuk. “Hu-uh, ga sabar amat sih” omel Sasha sambil mulai mengangkat t-shirt-nya melewati kepalanya. Gerakan Sasha membuka baju betul-betul erotis. Apalagi setelah kaosnya terbuka semua. Tubuh bagian atas Sasha hanya ditutupi bra hitamnya yang kontras dengan kulit putihnya. Setengah gundukan toket putih 34B Sasha terlihat mengundang untuk dijamah.

Jengah oleh pandangan mesum Randy dan Momo (Danan pura-pura sibuk menata kartu. Mukanya merah banget), Sasha reflek menutupi dadanya. “Apaan sih ngliatinnya sampe kaya gitu” Sasha berlagak sebel. “Hehehe.. malah lo harusnya bangga Sha. Itu artinya body lo bagus, sampe-sampe kita terkagum-kagum” kata Randy mesum sambil masih berusaha mengintip ke dada Sasha yang berusaha dilindungi oleh kedua tangannya. “Ayolah Sha, ngapain ditutup-tutupi segala. Itung-itung amal” tambah Momo. “Iihh.. maunya kalian” cibir Sasha. “Ayo ah, lanjutin” tambah Sasha. Sambil masih terkekeh-kekeh dan melirik-lirik mesum Randy memulai putarannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah itu “hukuman” dan “bayaran” semakin sadis saja. Momo tinggal make celana boxer doang, sehingga kontolnya yang ngaceng berat terlihat jelas mengacung seperti tiang bendera. Randy memang masih celana pendeknya, tapi sudah dapat kesempatan mencium dan menjilati lengan Vani sampai ke lehernya. Dan sempet-sempetnya mencoba meremas toket Vani, tapi dengan sukses dicegah oleh Danan. Randy bete abis atas sikap bankirnya yang memegang teguh job descpnya, sedangkan raut muka Vani bete tapi tidak jelas karena Randy coba-coba ngambil kesempatan grepe-grepe atau karena usaha Randy tersebut dicegah oleh Danan. Vani pun sekarang tinggal make t-shirt dan celana dalam saja (mini underwear garis-garis putih dan merah) karena kena hukuman lepas celana. Tapi yang paling parah adalah Sasha. Memang tidak kena hukuman yang harus kontak fisik dengan Randy ataupun Momo lagi, tapi sekarang dia cuma ditutupi selembar celana dalam hitam saja. Sehingga tangannya kebingungan mau menutupi bagian tubuh yang mana.

“Seepp.. bayar Vann..” teriak Randy bahagia begitu bidak Vani mendarat di propertinya. Danan dengan cepat mengambil kartu “RENT” dari tumpukan warna merah. Begitu membaca kartu tersebut, mata Danan membeliak dan mulutnya menganga. Anak-anak yang lain jadi ga sabar karena Danan gagap baca kartu tersebut. Karena ga sabar, Randy merebut kartu dari tangan Danan dan membacanya. Seringai mesum langsung muncul di wajahnya. Tanpa berkata-kata Randy memberikan kartu tersebut ke Vani. “Waaaa… gila looo…” pekik Vani sambil melempar kartu tersebut. Isi kartu tersebut adalah “Bila pemilik properti adalah cewek, maka penyewa memberikan oral selama 2 menit. Bila pemilik properti adalah cowok, maka penyewa memberikan tits-job selama 2 menit”. Terkekeh senang, Randy mulai melepas celana pendeknya. Sedangkan Vani langsung beringsut mundur sampe menempel ke dinding.

“Van, lo ga fair amat sih. Giliran gue aja, lo manas-manasin si Randy dan Momo” omel si Sasha tapi sambil cengar-cengir. “Lo bukannya nolongin malah bela Randy” Vani manyun diserang oleh Sasha. Dengan semangat membela kemesuman, Momo dan Danan mendekati Vani dari kedua sisi dan menarik Vani mendekati area permainan. Mendekati Randy yang sudah duduk di tepi ranjang Sasha dan sudah memelorotkan celana dalamnya sehingga kontolnya yang tegak mengacung mengangguk-ngangguk seolah memanggil-manggil Vani. “Aaa.. Aaa… Aaa… Ga mau ahh.. Apaan sih kalian” Vani merengek-rengek ketika ditarik oleh Momo dan Danan berlagak ga mau memenuhi “kewajibannya”. Akan tetapi, sebenarnya tidak susah-susah amat menarik Vani untuk mendekati Randy.

Akhirnya Vani bersimpuh di hadapan kontol eh Randy. Tapi masih memalingkan mukanya yang memerah dari Randy. “Ayo Van, cepat dimulai” kata Randy sambil membungkuk dan menjulurkan tangannya untuk mengangkat t-shirt Vani. “Ehh.. kan ga ada tertulis di kartu gue harus buka baju segala” sergah Vani cepat sambil menahan t-shirt-nya agar tidak terangkat. “Gimana caranya lo mo ngasih tits fuck kalo kaos lo ngalangin” balas Randy agak geli. “Udahlah Van. Cuma 2 menit ini. Lagian lo juga demen hihi” Sasha ikut nimbrung. “Aah.. apaan sih lu Sha” rajuk Vani, tapi melonggarkan pegangan pada ujung t-shirtnya. Akibatnya dengan mudahnya Randy mengangkat t-shirt Vani dan mengungkap gunungan daging putih di baliknya. Randy, Momo dan Danan langsung terkesiap dan menahan nafas selama beberapa saat demi melihat pemandangan indah yang sejak tadi sudah mereka nanti-nantikan: toket massive Vani.

Tanpa sadar tangan Randy bergerak berusaha menjamah toket Vani. PLAK! Dengan sukses digampar oleh Vani kedua tangan jahil tersebut. “Ga usah pegang-pegang!” kata Vani galak sembil melotot ke Randy. “Udah lo duduk manis aja, yang penting lo dapat boobs job dari gue” tambah Vani. “Danan, mulai stopwatch-nya” kata Vani lagi tanpa menoleh ke Danan. Danan membuka pahanya dan sedikit bersandar ke belakang di tahan oleh kedua tangannya, membuat dirinya senyaman mungkin sebelum 2 menit kenikmatan yang menjelang. Dibiarkannya Vani menempatkan tubuhnya di tengah-tengah pahanya, dan menikmati setiap detik mulai bagaimana kedua tangan Vani memegang kedua bongkah susunya, lalu menjepit kontol Randy yang tegak berdiri. “Ohh. Ssshhhhhh..” desis Randy tidak tertahankan begitu merasakan himpitan hangat toket Vani pada kontolnya. Vani pun mulai menggerakkan kedua toketnya naik turun mengocok kontol Randy. Gerakan kocokannya bervariasi: mulai kocokan di sepanjang batang kontol, kadang diselingi gerakan menggiling pal-kon selama beberapa detik yang membuat Randy menggelinjang dan mengangkat-ngangkat pantatnya saking nikmatnya. “Hohh.. Hmmpphhh.. Gilaaa.. Enak banget toket lo Vann..” desah Randy keenakan.

Birahi Randy semakin menggila, apalagi melihat pemandangan toket besar yang diremas-remas pemiliknya agar bisa menghimpit dan mengocok kontol Randy dengan maksimal. Randy tidak sadar bahwa Vani mulai menikmati perannya. “Mmmppff.. panas banget ni kontol di toket gue.. bikin tambah horny aja” batin si lonte mulai berperang. Akhirnya, Randy tidak tahan lagi untuk berperilaku anak baik. Kedua tangan Randy tiba-tiba meraup bongkahan melon putih Vani, lalu meremas dan menghimpitkannya lebih rapat lagi ke kontolnya. “Aehh…” pekik Vani kaget. “Ngapain sih lo Raaagghhhh…” kata-kata Vani terpotong erangannya ketika jemari Randy dengan ahlinya menarik dan memilin putingnya yang sensitif. Tanpa memperdulikan protes Vani, Randy semakin semangat meremas-remas toket Vani sambil berusaha mengocokkan kontolnya. Terdorong oleh bobot Randy, badan Vani jadi terlentang di karpet dan Randy mengangkang di atas Vani.

“Ahh.. Randy nakal” rengek Vani tanpa bisa berbuat apa-apa. Dengan buasnya Randy memaju-mundurkan pantatnya, mengocokkan kontolnya di sela-sela toket Vani yang dicengkram kuat oleh kelima jarinya. “Ajrit.. hohh..hoooh.. enak banget Van… tangan gue ga cukup.. ga cukup megang toket lo.. haahh.. hahh..” nafas Randy ngos-ngosan akibat desakan birahinya yang makin menggelora.

SLEP SLEP SLEP.. suara gesekan kontol Randy dan toket Vani ditingkahi ceracau kenikmatan Randy, menutupi suara desah dan erang tertahan Vani yang sesekali keluar dari sela-sela bibir sensualnya. Remasan dan rangsangan brutal di kedua toketnya yang untuk kedua kalinya ini ternyata mulai menjebol pertahanan Vani. “Ah.. ahh.. kok gue malah makin horny siihh… Aduhh.. mana memek ga mau diajak kerja sama, malah jadi makin gatel.. Huhuhu gue pengen dientot” runtuk Vani dalam hati. Maka, adegan yang tampaknya seperti Randy yang “memperkosa” toket Vani, sebenarnya kedua insan ini sama-sama menikmatinya.

Ketika Randy semakin mempercepat kocokannya karena rasa gatal yang menggelitik dan menggila semakin terasa di palkonnya. Rasa gatal yang menuntut untuk digesek terus menerus, Vani juga merasakan rasa gatal yang sama menggila di setiap centi bibir-bibir memeknya yang mulai basah, membuat CD-nya agak menjeplak. Andai saja Randy dapat bertahan semenit lagi saja, maka akan terjadi double orgasm di ruangan tersebut (bayangin lo punya cewe yang dirangsang toketnya saja bisa keluar). Tapi, apa daya.. Kontol Randy tidak bisa lagi menahan dorongan kuat dari pelirnya yang mendesakkan aliran tekanan kenikmatan yang tak tertahanka. Dan akhirnya.. CROTT.. CROTT.. CROTTT… “Hoouuhhhhhh…. Haaaahhhhhh… “ Randy melenguh, badannya mengejang dan kesepuluh jarinya mencengkeram kuat-kuat kedua melon putih Vani ketika dia mencapai orgasmenya.. “Aihhh..” pekik Vani kaget nyaris berbarengan dengan Randy, ketika semprotan cairan kental sperma Randy mencapai wajahnya.

“Hoh.. hoh.. hmmmm… Enak banget..” kata Randy di sela-sela nafas memburunya setelah pacuan orgasme yang baru saja lewat. Pelan-pelan Randy bangkit dari atas tubuh Vani dan duduk bersandar di tempat tidur sambil memejamkan matanya, menenangkan nafasnya yang agak tersengal-sengal, Vani juga bangkit dari karpet. Lelehan peju Randy memenuhi toketnya, dan ada sedikit di pipinya. “Iihh… Randy sebel deh” kata Vani merungut-rungut “Jadi belepotan deh”. Tanpa berusaha menurunkan t-shirtnya kembali, Vani menoleh ke Sasha dan berkata “Shaa.. gue minta tissue. Dan pinjem kamar mandi lo”. “Eh Van… gue dulu yang make” kata Sasha tiba-tiba sambil berlari masuk ke kamar mandi. “Udah kebelet pipis nihhh.. Lo di kamar Danan aja sana gihhh” jerit Sasha dari dalam kamar mandi. “Yaa.. bokis lo Sha” kata Vani sebel. “Danan, pinjem kamar mandi lo” perintah Vani. “Eh.. oh.. iya.. iya mbak. Saya bukain kuncinya dulu” kata Danan gelagepan sambil melirik-lirik toket Vani. Tapi pemandangan itu segera hilang, karena sambil berjalan keluar menyusul Danan, Vani menurunkan t-shirtnya.

“Anjeng.. bangsatt…” tereak Momo sambil menabok kepala Randy yang masih setengah merem bersandar di tempat tidur Sasha, sepeninggal Vani dan Danan. “Adow.. napa babi? Nabok-nabok sembarangan” misuh-misuh si Randy. “Enak bener lo bisa ngentotin toket-nya Vani” balas Momo masih galak sambil nonjok-nonjokin bahu Randy. “Tadi gue liat stopwatch-nya Danan udah sampe 4 menit tuh. Tapi tu anak malah melongo sampe ilernya kemana-mana, ga juga dimati-matiin” cerocos Momo. “Maho kali lo ya Mo, kalo udah dapet kesempatan kaya tadi disia-siain.. Mana mungkinlah..” kata Randy membela diri. “Was.. wess.. woss. Terserahlah. Sekarang gue mau tao, masih ada kartu buat boobs job ga?” tanya Momo. “Eh, seingat gue cuma atu Mo” jawab Randy pelan. “Wadd..!!?? Ga asyik ah! Pasti tadi lo udah ngatur biar bisa lo yang dapet tuh kartu” tuduh Momo kejam. Rentetan omelan Momo sudah akan meluncur lagi ketika Sasha keluar dari kamar mandi sambil satu tangannya tetap melindungi toketnya. “Lah, mana Vani ama Danan” tanya Sasha polos. “Lah? Pan lo yang nyuruh si Vani pake kamar mandinya Danan?” jawab Momo. “Oh iya ya” kata Sasha bego. “Ayo, maen lage” kata Momo. “Kelamaan nunggu Vani balik. Kan nanti pas dia balik pas gilirannya”. “Iya.. iya.. Tapi Ran, lo pake celana dulu napa? Ga asoy banget ngeliatin kontie yang nyusut gitu” samber Sasha. Dengan agak males-malesan Randy memakai celananya, melewatkan CDnya yang tergeletak agak jauh di ujung ranjang.

Giliran Momo dengan cepat berlalu tanpa ada kejadian mesum apapun. Diiringi desah kecewa, Momo menyerahkan dadu ke Sasha. Momo setengah berdoa agar Sasha cuma dapat angka 4 atau 5 sehingga jatuh di wilayahnya. Tapi malang tak dapat ditolak, angka double 6 yang keluar, sehingga bidak Sasha bablas sampai ke titik start. “Giliran gue ya.. bwuhh!” Randy menyembur dadunya sebelum melemparkannya. “Atu, dua, tiga, empat, lima, enam!” Randy menghitung langkah bidaknya. Dengan sukses mendarat di property Sasha. “Hahahaha.. skarang lo yang harus bayar ke gue” tereak Sasha happy. “Mm.. apa nih bacaannya” komat-kamit Sasha sambil membalik kartu RENT warna kuning yang baru diambilnya. “Penyewa harus memberikan kepuasan kepada pemilik property dengan dildo atau vagina-toy selama 3 menit”. “Loh? Ini hukumannya buat gue apa elu sih? Kaco neh” omel Sasha. “Lah, kan elu yang dapat puasnya Sha. Berarti emang gue harus bayarnya dengan muasin elu” seringai mesum Randy muncul lagi. Sasha hanya melongo. “Hoee.. apa-apaan neh. Kok lage-lage elo yang dapat enaknya?” protes Momo sewot. Tidak memperdulikan Momo, Randy sibuk ngubek-ngubek tas yang selama ini ngejogrok tidak menarik perhatian di pojok kamar.

“Nah ini dia” kata Randy senang sambil mengangkat keluar sebatang dildo warna pink berukuran sedang dari dalam tas. “Kyaa.. lo serius Rand?” teriak Sasha sedikit agak keras karena kaget melihat persiapan Randy. “Ayo.. buka paha lo neng” kata Randy mesum sambil merangkak mendekati Sasha. Dildo sepanjang 15 cm dan diameter 3,5 cm terlihat agak mengancam sehingga reflek Sasha merapatkan pahanya, sambil tetap menutupi toketnya yang polos. “Mo, bukain paha Sasha dong” pinta Randy sambili menoleh ke Momo. Tidak perlu diminta dua kali, dengan semangat Momo beringsut mendekati Sasha. “eh.. eh.. ga usah.. ga usah. Ga perlu Momo ikut-ikutan” Sasha akhirnya bekerja sama juga. “Tapi ga perlu buka CD bisa juga kan?” Sasha tetap menawar agak memelas. “Ya boleh aja” kata Randy sok tidak butuh, “Tapi gue eksekusinya dari belakang elu ya” tambah Randy. “Hah? Gimana? Ga ngarti gue” sahut Sasha agak bingung. “Udah, lo ngikut aja” jawab Randy sambil bergerak dan duduk di belakang Sasha.

“Buka paha lo Sha” bisik Randy di telinga Sasha, membuat Sasha sedikit menggelinjang karena hembusan nafas hangat Randy membelai lehernya. Karena Sasha masih sungkan-sungkan membuka pahanya, tangan Reno dari balik punggung Sasha bergerak membuka paha Sasha. Akibatnya Sasha terpaksa menyandarkan punggungnya di dada Randy dan membuka pahanya. Detak jantung Sasha mulai berpacu lebih cepat. Takut, malu dan sekaligus mengharap membuat rona merah di pipi Sasha semakin terlihat.

Randy mulai menggesek-gesekkan ujung dildo ke belahan memek Sasha yang masih tertutup underwear mini warna hitamnya. Tubuh Sasha menegang begitu bibir memeknya menerima tekanan dan gesekan dari benda tumpul tersebut. Setelah beberapa saat adegan pemanasan yang menegangkan tersebut, Sasha tiba-tiba teringat sesuatu. “Mo, cek stopwatch-nya dong” kata Sasha berusaha mengeluarkan suara yang tenang, tapi malah suaranya agak tercekat dan serak. “Lo mulai horny kan Sha.. Udah nikmatin aja” bisik Randy lagi sambil menggigit-gigit kecil kuping Sasha. “Shhhh… emmhhh.. ga boleh gigit-gigit Rand…” desah Sasha pelan masih berusaha terlihat kuat tidak tergoda, tapi pinggulnya mulai bergerak-gerak seirama gesekan dildo.

Tanpa disadari Sasha yang birahinya mulai naik, jemari tangan kiri Randy mulai menyibakkan kain CD Sasha kesamping, sehingga memek Sasha yang mulus karena jembinya diwax tampil ke permukaan. Momo sudah memposisikan duduk tepat di seberang Sasha, menelan ludah berkali-kali ketika melihat pemandangan indah gundukan memek dari sebaris tipis belahan merah kecoklatan di tengahnya. Pelan-pelan Randy menekankan ujung dildo membelah memek Sasha yang sudah agak mengkilap basah. “SLEEPP…” suara pelan benda tumpul yang membelah himpitan rapat dinding-dinding basah memek Sasha terdengar, disusul oleh lenguhan Sasha yang kaget karena disusupi benda asing. “Ouhhhh…” lenguh Sasha yang matanya langsung terbuka lebar. “Uhh.. bilang-bilang dong kalo mo masukin..hmmmppff..” rengek Sasha sambil memukul paha Randy pelan.

Rengekan Sasha tidak berlanjut lebih lama lagi, karena Randy mulai mengocokkan dildo tersebut. Ditariknya perlahan-lahan dildo keluar dari memek Sasha, lalu menekannya lagi amblas ke dalam sampai cuma sisa 2 cm untuk dipegang saja. Sasha menggeliat gelisah, karena nikmat birahi semakin menggelora di sekitar selangkangannya. Tangannya kini tanpa sadar tidak melindungi toketnya lagi. Sibuk meremas paha Randy. Sehingga toketnya yang bundar mancung berukuran 34B terlihat jelas, tegak menantang. Aerolanya yang pink kecoklatan melebar dan putingnya yang ereksi penuh menandakan Sasha sudah horny habis. “Uhh.uhh.. uhh.. ssshhhh…” desah Sasha seirama kocokan dildo di memeknya yang basah kuyup. Birahi Sasha semakin tidak tertahankan karena kini tangan kiri Randy meremas-remas toketnya dengan brutalnya. Ditekan dengan telapak tangan, lalu diremas kuat-kuat dan akhirnya diperas-peras seperti hendak mengeluarkan susunya. “Ouuhhh.. anjeenggg… Gue ga tahan lagi.. Gatel bange memek gueeee.. Bodo ah, yang penting gue puasin dulu ni memek” kata Sasha dalam hati yang akhirnya menyerah oleh godaan birahi dan dildo yang menyesaki liang kawinnya. “Nggaahhhh.. lo.. lo aphain toket gue Rannn… Kan ga bol.. Hoohhh..” ceracau Sasha diselingi desahan erotisnya malah membuat Randy semakin buas.

Suara berkecipakan basah dari dildo yang keluar-masuk dengan cepat di memek Sasha menjadi soundtrack yang melengkapi pemandangan bokep live show di depan Momo. Sasha yang duduk mengangkang, dikocok dildo yang menjadi mengkilap basah oleh cairan memek, dan geliat sexy tubuh Sasha mendapat ransangan dari dildo di memeknya dan remasan-remasan tanpa ampun pada toketnya, membuat konak Randy dan Momo semakin tidak tertahankan. Bahkan Momo sudah mendesah-desah sendiri sambil mulai mengocok kontolnya perlahan, betul-betul melupakan tanggung jawabnya untuk menghitung waktu.


Permainan Monopoli Birahi yang Bikin Ketagihan 7 out of 10 based on 5913 ratings.
Permainan Monopoli Birahi yang Bikin Ketagihan
Rated 5 / 5 based on 5913 reviews